cinta sejati takan pergi
Apa yang bisa dilakukan, jika pemilik hatiku tak ada di sini?
Apa yang sanggup kukerjakan, jika setengah jiwaku t’lah pergi?
Apalagi hadirmu yang selalu kunanti..
Walau tau, kau takkan mungkin berdiri di sini lagi
Aku masih berdiri disini, masih di tempat yang sama. Yang dulu pernah ada kenangan ku bersamamu. Otakku mengulang masa, mataku seakan masih melihatmu. Kamu yang pernah berada di sini. Kamu yang masih bermain basket dulu, kamu yang berjalan ke arah kelasku, kamu yang bersikap manis.
Cara berjalanmu, sikapmu, bahasa tubuhmu. Masih kuingat dengan jelas, entah di suatu tempat dalam hatiku. Pikiranku yang selalu mengingatmu, seakan melihat dengan jelas bayang hadirmu disini, dulu.
Aku ingat. Dulu, aku masih sangat bahagia, kehadiranmu melengkapi hidupku. Saat ku tatap lekat kedua bola matamu, ku seakan terhisap kepada sebuah kisah. Kisah yang membahagiakan, pada awalnya, tetapi terbanting jatuh pada akhir cerita. Ku terhipnotis olehmu. Kumenyukaimu.
Kusemakin jauh terjatuh oleh pesonamu. Cinta. Ya, itu kata yang tepat untuk semua ini. Aku merasa nyaman, saat kau disampingku. Hangatnya cinta menyusup halus, membuat hatiku tergetar. Kuingin memilikimu, kuingin kau hanya berdiri disampingku, aku ingin kau selalu disini untukku.
Waktu demi waktu berlalu. Kita semakin dekat. Ngobrol bersama, pulang bersama. Aku bahagia. Dan saat sekolah kita mengikuti pertandingan basket, aku selalu hadir, karna kutau kau pasti ada disana. Aku berkedok untuk menjadi supporter sekolah kita, padahal motifku sebenarnya adalah menemuimu.
Aku semakin mengenalmu saat itu. Bagaimana senangnya kamu saat sekolah kita dapat ‘membantai’ sekolah lain dengan mudah. Kecewanya kamu saat tim-mu kalah. Dan betapa emosimu meledak saat pemain dari sekolah lain menyerang dengan curang. Semua ekspresimu tertangkap oleh lensa mataku, dan tersimpan dengan baik dalam otakku.
***
Perasaanku semakin membumbung tinggi. Saat kau menemuiku, kita mengobrol bersama, bercanda bersama, kau cukup gokil juga rupanya? Dan saat bermain di lapangan pun, aku tau kau melihat kearahku. Kita memang gak pernah sms-an. Komunikasi selalu tersampaikan face to face. Entah dilapangan, ataupun disekolah. Tapi, mau tak mau, aku semakin berharap. Aku benar-benar menyukaimu.
Hingga suatu malam semifinal, saat tim-mu terkalahkan. Aku tau kau cukup kecewa, namun kamu masih tersenyum. Kita dan beberapa anggota tim-mu berkumpul bersama ditepi lapangan menyaksikan pertandingan selanjutnya. Kamu melihat dengan seksama, kutau kau memang cinta dengan basket.
Kau duduk disebelahku. Aku masih ingat saat kamu menemukan fotomu yang menjadi wallpaper HP-ku. Aku jadi malu, apalagi kamu mengajak aku ketempat sepi, jauh dari yang lainnya. Entahlah kau ingin membicarakan apa disana. Tapi, aku malu banget, kepercayaan diriku jadi turun. Maaf ya aku menolaknya? Tapi kamu malah tersenyum, dan berbicara denganku. Dan pembicaraan yang masih kuingat sampai saat ini.
“Kamu suka aku, Putri?” Tanyamu.
“Iya.” Jawabku singkat, aku sangat kaget dengan pertanyaanmu.
“Jadi gimana?” Balasmu singkat, cukup membingungkanku. “Maksudnya?”
“Sudahlah, tak apa-apa.” Dan dari kata-katamu yang terakhir, aku mendapati sesuatu yang membuatku menyesal sampai akhir.
***
Seminggu kemudian, satu hari sesaat sebelum hari ulang tahunmu, aku menyiapkan semuanya. Kado berisikan sesuatu yang kauinginkan dan aku bersiap-siap untuk mengucapkan selamat padamu, tepat pukul 12 malam hari.
Aku tetap semangat menunggu hari berganti, meski kantuk mendera. Aku pun logged in Facebook untuk menghilangkan rasa kantukku. Dan betapa terkejutnya aku saat membaca sebuah tulisan di beranda ku.
“Alfala Ramdhani menjalin sebuah hubungan dengan Sofia Erry”
Bruakk..! Aku seperti terjatuh dengan keras. Nafasku tertahan, memelototi tulisan dihadapanku, berharap itu tidaklah benar. Dan aku mencubit pipiku sendiri. Aww.. sakit! Dan kusadar, ini bukanlah mimpi. Entah sejak kapan air mataku mengalir. Hatiku terasa tercabik, harapku musnah sudah. Alhasil, malam itu aku tak bisa tidur, dan keinginan untuk mengucapkan selamat ulang tahun padamu sudah hilang. Berganti dengan ucapan.
“Selamat, sudah mematahkan hatiku.”
***
Paginya aku sekolah, walaupun mata merah dan bengkak karna semalam. Tidak apa, toh kamu juga gak bakal turun sekolah. Kamu sudah kelas 3 SMA saat itu, dan t’lah menyelesaikan semua ujian-ujian dari sekolah, dan sekarang sedang diliburkan, sedangkan aku setahun dibawahmu.
Namun, tak kusangka kau datang kesekolah hari ini! Walau tak memakai seragam, kau dengan enaknya berjalan menuju kelasku, mencariku. Hei, ada apa gerangan? Tapi, tak seperti sebelumnya, aku sangat tidak ingin melihat wajahmu, malah membuatku ingin menangis. Tapi kau masih berjalan, mengajakku bahkan memaksaku keluar kelas, ke kantin belakang yang sepi. Akupun terpaksa mengikutimu.
Sesampainya disana, suasana hening. Tak seperti biasanya. Tak ada satupun dari kita yang memulai pembicaraan. Semua terasa canggung. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahkupun terasa kelu.
“Maaf?” Sahutmu singkat. Aku mengangkat kepalaku, menatap matamu.
“Kenapa..” Ucapku tertahan, mataku panas. Dan sesaat sebelum butir itu mengalir. Jarimu mengusap lembut ujung mataku. “Putri, maafkan aku untuk semuanya. Maaf jika aku menyakiti hatimu?” sahutmu semakin lembut. Aku menangis semakin keras, berusaha menahan, tapi susah.
“Aku gak papa kok, Fa!” jawabku, bohong. Karna sebenarnya aku sangat hancur.
“Sebenarnya, aku menyukaimu, tapi aku juga menyayanginya. Aku terpaut antara 2 hati. Aku tak mungkin serakah menginginkan keduanya. Aku hargai perasaanmu padaku, aku menyesal. Maafkan aku?” Alfa berbicara panjang lebar, membuat hatiku tertohok.
Lidahku tak bisa mengatakan apa-apa lagi, tubuhku kaku, air mata masih mengalir dipipiku. Tak kusangka kau malah memelukku yang sedang hancur ini. Pelukanmu yang hangat menenangkanku. “Aku sayang kamu, Alfa” gumamku, seraya menyandarkan kepala dibahunya. Pelukan pertama dan terakhir darimu, Alfa!
***
Berbulan-bulan setelah saat itu. Aku tak pernah menemuimu lagi, aku sangat merindukanmu. Kau kini t’lah lulus dan kuliah, akupun melanjutkan sekolah. Waktu berjalan sebagaimana mestinya. Namun, aku masih belum bisa melupakanmu. Bayangmu selalu datang, tak pernah tertinggal. Aku menyayangimu, tapi ku selalu merasa ‘sakit’ akan rasa itu. Rasa itu seakan membelengguku. Setiap hari, setiap waktu. Yang kuinginkan hanya kamu. Bukannya aku terobsesi denganmu. Hanya saja aku ‘terlalu menyayangimu’.
Ruang dalam hatiku masih terisi penuh olehmu, walau tak jarang terasa hampa. Cinta yang sehebat itukah yang kurasakan? Cinta yang bahkan belum disambut olehmu, cukup membuatku kecewa. Dan kini harus kumusnahkan sudah. Dan juga penyesalan karna tak mengatakannya, mengungkapkan bahwa kuingin memilikimu. Ahh.. sudahlah!
Biarkan saja seperti ini, aku yang duduk terdiam, menunggumu dengan harapan semu. Ehm.., konyol, sangat konyol! Tapi tak apa, biarlah seperti ini.
Memang aku sangat merindukanmu, karna sudah lama aku gak ketemu kamu. Lama banget! Sampai-sampai aku selalu mereka ulang memori itu dalam otakku, membayangkan kau ada di depanku saat itu juga. Berharap untuk bisa memutar waktu.. tapi, kau tak pernah datang.
Aku masih terduduk di tepi lapangan basket, mengenangmu. Seperti orang bodoh saja. Dan saat seorang sahabatku, Alika. Datang berlari ke arahku, membuyarkan lamunanku. Wajahnya menyungging senyum.
“Ada apa?” Tanyaku padanya.
“Aku punya hadiah buat kamu?” dan ia bergeser sedikit dari tempatnya, dan terlihat seorang cowok yang baru saja datang, ia menuju lapangan basket.
“Alfa..” sahutku tak percaya, memandang pada Alika.
“Ya, itu dia. Ungkapkan saja perasaanmu sekali lagi!” Alika mengedipkan matanya dan pergi berlalu meninggalkanku. Aku masih memandang sosokmu yang semakin mendekat itu dengan tatapan ‘tak mungkin itu kamu, ini pasti mimpi’.
Deru semilir angin menerpa wajahku yang kini masih memandang kamu yang semakin mendekat, entah apa yang kurasakan saat ini. Rasa tak percaya, senang, haru, rindu yang menggebu, seakan bercampur menjadi satu. Perasaanku semakin meledak ingin keluar, tak tertahankan lagi. Hingga pada akhirnya sosokmu sampai pada hadapanku.
“Putri, aku datang untuk kamu..”
Tubuhku serasa lepas, melayang, terbang tinggi. . Sosok yang yang kutunggu selama ini akhirnya kembali lagi. Dan mulai saat itu kebahagiaan yang membuncah memenuhi seluruh rongga dadaku. Aku sangat senang hinga mengalirkan airmata. Cinta yang lama kunanti akhirnya kembali padaku. Aku cinta kamu, Alfa!
Apa yang sanggup kukerjakan, jika setengah jiwaku t’lah pergi?
Apalagi hadirmu yang selalu kunanti..
Walau tau, kau takkan mungkin berdiri di sini lagi
Aku masih berdiri disini, masih di tempat yang sama. Yang dulu pernah ada kenangan ku bersamamu. Otakku mengulang masa, mataku seakan masih melihatmu. Kamu yang pernah berada di sini. Kamu yang masih bermain basket dulu, kamu yang berjalan ke arah kelasku, kamu yang bersikap manis.
Cara berjalanmu, sikapmu, bahasa tubuhmu. Masih kuingat dengan jelas, entah di suatu tempat dalam hatiku. Pikiranku yang selalu mengingatmu, seakan melihat dengan jelas bayang hadirmu disini, dulu.
Aku ingat. Dulu, aku masih sangat bahagia, kehadiranmu melengkapi hidupku. Saat ku tatap lekat kedua bola matamu, ku seakan terhisap kepada sebuah kisah. Kisah yang membahagiakan, pada awalnya, tetapi terbanting jatuh pada akhir cerita. Ku terhipnotis olehmu. Kumenyukaimu.
Kusemakin jauh terjatuh oleh pesonamu. Cinta. Ya, itu kata yang tepat untuk semua ini. Aku merasa nyaman, saat kau disampingku. Hangatnya cinta menyusup halus, membuat hatiku tergetar. Kuingin memilikimu, kuingin kau hanya berdiri disampingku, aku ingin kau selalu disini untukku.
Waktu demi waktu berlalu. Kita semakin dekat. Ngobrol bersama, pulang bersama. Aku bahagia. Dan saat sekolah kita mengikuti pertandingan basket, aku selalu hadir, karna kutau kau pasti ada disana. Aku berkedok untuk menjadi supporter sekolah kita, padahal motifku sebenarnya adalah menemuimu.
Aku semakin mengenalmu saat itu. Bagaimana senangnya kamu saat sekolah kita dapat ‘membantai’ sekolah lain dengan mudah. Kecewanya kamu saat tim-mu kalah. Dan betapa emosimu meledak saat pemain dari sekolah lain menyerang dengan curang. Semua ekspresimu tertangkap oleh lensa mataku, dan tersimpan dengan baik dalam otakku.
***
Perasaanku semakin membumbung tinggi. Saat kau menemuiku, kita mengobrol bersama, bercanda bersama, kau cukup gokil juga rupanya? Dan saat bermain di lapangan pun, aku tau kau melihat kearahku. Kita memang gak pernah sms-an. Komunikasi selalu tersampaikan face to face. Entah dilapangan, ataupun disekolah. Tapi, mau tak mau, aku semakin berharap. Aku benar-benar menyukaimu.
Hingga suatu malam semifinal, saat tim-mu terkalahkan. Aku tau kau cukup kecewa, namun kamu masih tersenyum. Kita dan beberapa anggota tim-mu berkumpul bersama ditepi lapangan menyaksikan pertandingan selanjutnya. Kamu melihat dengan seksama, kutau kau memang cinta dengan basket.
Kau duduk disebelahku. Aku masih ingat saat kamu menemukan fotomu yang menjadi wallpaper HP-ku. Aku jadi malu, apalagi kamu mengajak aku ketempat sepi, jauh dari yang lainnya. Entahlah kau ingin membicarakan apa disana. Tapi, aku malu banget, kepercayaan diriku jadi turun. Maaf ya aku menolaknya? Tapi kamu malah tersenyum, dan berbicara denganku. Dan pembicaraan yang masih kuingat sampai saat ini.
“Kamu suka aku, Putri?” Tanyamu.
“Iya.” Jawabku singkat, aku sangat kaget dengan pertanyaanmu.
“Jadi gimana?” Balasmu singkat, cukup membingungkanku. “Maksudnya?”
“Sudahlah, tak apa-apa.” Dan dari kata-katamu yang terakhir, aku mendapati sesuatu yang membuatku menyesal sampai akhir.
***
Seminggu kemudian, satu hari sesaat sebelum hari ulang tahunmu, aku menyiapkan semuanya. Kado berisikan sesuatu yang kauinginkan dan aku bersiap-siap untuk mengucapkan selamat padamu, tepat pukul 12 malam hari.
Aku tetap semangat menunggu hari berganti, meski kantuk mendera. Aku pun logged in Facebook untuk menghilangkan rasa kantukku. Dan betapa terkejutnya aku saat membaca sebuah tulisan di beranda ku.
“Alfala Ramdhani menjalin sebuah hubungan dengan Sofia Erry”
Bruakk..! Aku seperti terjatuh dengan keras. Nafasku tertahan, memelototi tulisan dihadapanku, berharap itu tidaklah benar. Dan aku mencubit pipiku sendiri. Aww.. sakit! Dan kusadar, ini bukanlah mimpi. Entah sejak kapan air mataku mengalir. Hatiku terasa tercabik, harapku musnah sudah. Alhasil, malam itu aku tak bisa tidur, dan keinginan untuk mengucapkan selamat ulang tahun padamu sudah hilang. Berganti dengan ucapan.
“Selamat, sudah mematahkan hatiku.”
***
Paginya aku sekolah, walaupun mata merah dan bengkak karna semalam. Tidak apa, toh kamu juga gak bakal turun sekolah. Kamu sudah kelas 3 SMA saat itu, dan t’lah menyelesaikan semua ujian-ujian dari sekolah, dan sekarang sedang diliburkan, sedangkan aku setahun dibawahmu.
Namun, tak kusangka kau datang kesekolah hari ini! Walau tak memakai seragam, kau dengan enaknya berjalan menuju kelasku, mencariku. Hei, ada apa gerangan? Tapi, tak seperti sebelumnya, aku sangat tidak ingin melihat wajahmu, malah membuatku ingin menangis. Tapi kau masih berjalan, mengajakku bahkan memaksaku keluar kelas, ke kantin belakang yang sepi. Akupun terpaksa mengikutimu.
Sesampainya disana, suasana hening. Tak seperti biasanya. Tak ada satupun dari kita yang memulai pembicaraan. Semua terasa canggung. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahkupun terasa kelu.
“Maaf?” Sahutmu singkat. Aku mengangkat kepalaku, menatap matamu.
“Kenapa..” Ucapku tertahan, mataku panas. Dan sesaat sebelum butir itu mengalir. Jarimu mengusap lembut ujung mataku. “Putri, maafkan aku untuk semuanya. Maaf jika aku menyakiti hatimu?” sahutmu semakin lembut. Aku menangis semakin keras, berusaha menahan, tapi susah.
“Aku gak papa kok, Fa!” jawabku, bohong. Karna sebenarnya aku sangat hancur.
“Sebenarnya, aku menyukaimu, tapi aku juga menyayanginya. Aku terpaut antara 2 hati. Aku tak mungkin serakah menginginkan keduanya. Aku hargai perasaanmu padaku, aku menyesal. Maafkan aku?” Alfa berbicara panjang lebar, membuat hatiku tertohok.
Lidahku tak bisa mengatakan apa-apa lagi, tubuhku kaku, air mata masih mengalir dipipiku. Tak kusangka kau malah memelukku yang sedang hancur ini. Pelukanmu yang hangat menenangkanku. “Aku sayang kamu, Alfa” gumamku, seraya menyandarkan kepala dibahunya. Pelukan pertama dan terakhir darimu, Alfa!
***
Berbulan-bulan setelah saat itu. Aku tak pernah menemuimu lagi, aku sangat merindukanmu. Kau kini t’lah lulus dan kuliah, akupun melanjutkan sekolah. Waktu berjalan sebagaimana mestinya. Namun, aku masih belum bisa melupakanmu. Bayangmu selalu datang, tak pernah tertinggal. Aku menyayangimu, tapi ku selalu merasa ‘sakit’ akan rasa itu. Rasa itu seakan membelengguku. Setiap hari, setiap waktu. Yang kuinginkan hanya kamu. Bukannya aku terobsesi denganmu. Hanya saja aku ‘terlalu menyayangimu’.
Ruang dalam hatiku masih terisi penuh olehmu, walau tak jarang terasa hampa. Cinta yang sehebat itukah yang kurasakan? Cinta yang bahkan belum disambut olehmu, cukup membuatku kecewa. Dan kini harus kumusnahkan sudah. Dan juga penyesalan karna tak mengatakannya, mengungkapkan bahwa kuingin memilikimu. Ahh.. sudahlah!
Biarkan saja seperti ini, aku yang duduk terdiam, menunggumu dengan harapan semu. Ehm.., konyol, sangat konyol! Tapi tak apa, biarlah seperti ini.
Memang aku sangat merindukanmu, karna sudah lama aku gak ketemu kamu. Lama banget! Sampai-sampai aku selalu mereka ulang memori itu dalam otakku, membayangkan kau ada di depanku saat itu juga. Berharap untuk bisa memutar waktu.. tapi, kau tak pernah datang.
Aku masih terduduk di tepi lapangan basket, mengenangmu. Seperti orang bodoh saja. Dan saat seorang sahabatku, Alika. Datang berlari ke arahku, membuyarkan lamunanku. Wajahnya menyungging senyum.
“Ada apa?” Tanyaku padanya.
“Aku punya hadiah buat kamu?” dan ia bergeser sedikit dari tempatnya, dan terlihat seorang cowok yang baru saja datang, ia menuju lapangan basket.
“Alfa..” sahutku tak percaya, memandang pada Alika.
“Ya, itu dia. Ungkapkan saja perasaanmu sekali lagi!” Alika mengedipkan matanya dan pergi berlalu meninggalkanku. Aku masih memandang sosokmu yang semakin mendekat itu dengan tatapan ‘tak mungkin itu kamu, ini pasti mimpi’.
Deru semilir angin menerpa wajahku yang kini masih memandang kamu yang semakin mendekat, entah apa yang kurasakan saat ini. Rasa tak percaya, senang, haru, rindu yang menggebu, seakan bercampur menjadi satu. Perasaanku semakin meledak ingin keluar, tak tertahankan lagi. Hingga pada akhirnya sosokmu sampai pada hadapanku.
“Putri, aku datang untuk kamu..”
Tubuhku serasa lepas, melayang, terbang tinggi. . Sosok yang yang kutunggu selama ini akhirnya kembali lagi. Dan mulai saat itu kebahagiaan yang membuncah memenuhi seluruh rongga dadaku. Aku sangat senang hinga mengalirkan airmata. Cinta yang lama kunanti akhirnya kembali padaku. Aku cinta kamu, Alfa!
Komentar
Posting Komentar
silahkan komentar yah ;)