Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Cerpen untuk Seorang Kakak: In Her Beautiful Smile

Gambar
Aku punya seorang kakak perempuan yang sangat cantik. Nadira namanya. Bagiku dia adalah seorang kakak yang terbaik di dunia ini dan di dalam kehidupanku. Kami berdua selalu bersama dan tidak pernah bertengkar. Kadang, karna keegoisan aku sebagai adik, kakak selalu mengalah. Dia tidak pernah memarahiku. Jika aku salah, dia hanya menasihatiku dengan cara yang halus. Perbedaan umur kami hanya dua tahun, hal itu membuatku merasa dia juga sebagai seorang sahabat. Kak Dira, tiada hari tanpa tidak tersenyum. Senyumannya yang tulus itu, selalu membuatku senang. Beruntungnya aku mempunyai kakak seperti dia. Dialah segala bagiku. Sampai akhirnya, Kak Dira selalu mengeluh sakit kepala yang luar biasa. Entah kenapa, dia selalu sakit kepala. Kadang dia menangis menahan sakit yang dia alami. Akhirnya, selama dua minggu selalu mengeluh, mama membawanya ke dokter. Dan dokter bilang dia punya penyakit tumor otak. Semenjak keterangan dokter itu, kakak masih selalu tersenyum. Entah apa yang membuatnya

Sometimes and Always

Gambar
Sudah hampir berjam-jam aku duduk diatas pohon besar di halaman belakang rumahku. Tidak jelas pohon apa ini. Yang jelas pohon ini ukurannya besar dan sudah ada sejak pertama kali aku tinggal dirumah ini. aku memainkan harmonika pemberian nenek kemarin asal-asalan. Soalnya aku tidak tau cara memainkkanya. Dan aku heran kenapa nenek memberikannya pada ku. ''Rey! ayo turun! Disuruh sama ibumu! Soalnya udah sore!'' Aku menengok kebawah. Oh ternyata Sarah. Sepupuku yang setiap liburan musim panas, pasti akan berkunjung kemari. Dia pergi kemari bersama ibunya. ''hah??'' ucapku pura2 tak dengar. ''turuuuuunn!!'' teriaknnya terdengar kesal. Aku terkikik geli. ''aku tidak bisa mendengarmu, sarah! Suara mu kecil sekali!'' ''Turunnnnnnn!! kamu tuli ya?!'' ''hah? Guruuunn??'' ''Rey!!!'' ''hahahaha iya iya'' aku turun dari pohon sambil tertawa-tawa. Saat kakiku su

Mencintaimu Cukup Bagiku

Gambar
Biarkan aku menatap lirih Biarkan aku tetap mendengar Bisu kata dari semua yang pernah terucap Izinkan aku kembali melangkah Sebelum lembar masa lalu berhasil menjamah Akanku hirup udara yang menyesakkan Walau nyata, tak dapat ku genggam angin Sempatkan aku untuk tertunduk Menyentuh kembali sakit yang terindah Setiap keping kenanganku yang telah retak “Gabriel.. ayo!!.” Waktunya tiba, perempuan paruh baya itu sudah memanggilku. Aku tak punya alasan lagi untuk berkata ‘tidak’. Kupandangi pintu lobi itu, entah untuk yang keberapa kali. Disana ada seorang penjaga, masih dengan kesibukan yang sama. Perempuan paruh baya yang memanggilku tadi – yang tak lain adalah ibuku- ia mengecek barang-barang. Ia menenteng satu koper besar, bersiap menggeretnya. “iel, kamu bawa yang ini!!.” Perintahnya. Ia menyisakan sebuah tas besar penuh isi. Aku tak tahu apa isinya. Bukankah sejak awal aku tak tahu barang apa saja yang kami bawa. Mm.. bukan kami, dia tepatnya. Ibuku. Aku tak s

Goodbye My Boyfriend 50%

Gambar
Ketika senja menutup mata Aku berharap malam menyapaku dengan senyuman Namun,,, malampun hadir dengan wajah yang gundah… Entah mengapa semuanya terasa sulit untuk dihadapi Mungkinkah inilah jalan takdir yang telah tersurat untukku Atau mungkin ini adalah cobaan dari-NYA? RAPUH…. Ya seperti itulah aku di waktu kemarin. Entah mengapa aku begitu rapuh….???? Akupun tak tahu jawabannya. Hanya bisa menerima keadaan seperti ini tanpa berkata apapun. Kalaupun harus berkata, aku mesti berkata pada siapa? Rasanya aku ingin teriak sekeras – kerasnya. Tapi, aku tahu itu semua tak ada gunanya. Semuanya telah berubah setelah kepindahanku disini, di makassar. Peristiwa yang pernah terjadi di beberapa bulan kemarin telah ku kubur dalam-dalam. Aku berharap semoga semuanya dapat berakhir dengan kebahagiaan. Waktu semakin berlalu. Aku ingin mencoba memulai hidup yang lebih baik. Memori yang indah sekaligus terasa pahit beberapa bulan kemarin telah dikikis habis ol

Pesan Terakhir

Gambar
Atap yang begitu putih, membuat ku teringat dengan dia, bagaimana aku bisa bertemu dengan dia yang sudah tiada. Rasanya aku tidak bisa bernafas, setiap ku mengingat kebersamaan dengannya. “nanda, nanda kamu sudah sadar.” ucap ibu tiri ku dengan wajah panik dan bergegas mencari dokter di rumah sakit nanda di rawat. “nanda, kalo kamu dengar ucapan saya coba anggukan kepala kamu.” sambil melepaskan alat penafasan. Akupun menganggukan kepala, melihat kaki yang dibalut oleh perban, tak sengaja aku mencuri pembicaraan antara dokter dan ibu tiriku, yang ku dengar kaki kananku patah akan sembuh total selama enam bulan lagi dan menyuruh ku di bawa ke psikolog. “nah, nanda kamu jangan banyak bergerak dan tidur saja.” Tanpa mendengar perintah dokterpun aku akan tidur dan melupakan semuanya, ketika aku dan dia bertemu. Saat itu sore yang sedikit cerah memungkinkan ku untuk kabur dari rumah, dengan menggunakan tas ransel besar dan jaket tebal lalu kupluk untuk menutupi kepaku. Ayah ku menika

Want You

Gambar
“maafkan aku fi, aku menyukai Priscilla. Aku mendekatimu supaya aku bisa kenal dengannya. Maafkan aku...” Sudah 1 tahun berlalu tapi perkataan Jun masih teringat jelas dalam pikiranku. Setelah hubungan yang kami jalin selama 5 bulan, akhirnya ia mengaku bahwa ia berpacaran denganku hanya supaya ia bisa dekat dengan kakakku Priscilla. Pertama kali aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya aku memang merasa sangat jengkel. Aku seperti manusia bodoh, mudah di bohongi dan di sakiti. Namun sekarang aku bukan lagi seorang perempuan berseragam putih abu-abu yang terkenal labil. Aku sudah menjadi mahasiswi dan aku harus bangkit dari keterpurukanku dalam masalah percintaan. Sedangkan kakakku Priscilla kini tengah menjalani praktek di rumah sakit Kasih Bunda yang terkenal. Dari lahir aku tidak pernah akrab dengannya, apalagi karna masalah Jun aku jadi semakin membencinya. Dia selalu merebut pria yang dekat denganku sejak SMP. Tak terlukiskan rasa kekesalanku pada Kak Silla. Aku layak