Sometimes and Always
Sudah hampir berjam-jam aku duduk diatas pohon besar di halaman belakang rumahku. Tidak jelas pohon apa ini. Yang jelas pohon ini ukurannya besar dan sudah ada sejak pertama kali aku tinggal dirumah ini. aku memainkan harmonika pemberian nenek kemarin asal-asalan. Soalnya aku tidak tau cara memainkkanya. Dan aku heran kenapa nenek memberikannya pada ku.
''Rey! ayo turun! Disuruh sama ibumu! Soalnya udah sore!''
Aku menengok kebawah. Oh ternyata Sarah. Sepupuku yang setiap liburan musim panas, pasti akan berkunjung kemari. Dia pergi kemari bersama ibunya.
''hah??'' ucapku pura2 tak dengar. ''turuuuuunn!!'' teriaknnya terdengar kesal. Aku terkikik geli. ''aku tidak bisa mendengarmu, sarah! Suara mu kecil sekali!''
''Turunnnnnnn!! kamu tuli ya?!''
''hah? Guruuunn??''
''Rey!!!''
''hahahaha iya iya'' aku turun dari pohon sambil tertawa-tawa. Saat kakiku sudah menginjak tanah, Sarah mencubit lenganku kuat. Aku berteriak kesakitan. ''Rasain!'' ucapnya jutek.
''aku tuh capek tau manggil kamu, teriak-teriak kaya orang gila, tapi kamu malah pura2 ga dengar!''. Sarah ngerocos.
''Terussss????'' ucapku gak peduli sambil berjalan memasuki rumah. Sarah mendengus kesal lalu ia mengekorku dibelakang.
Dan tiba-tiba saja ide busukku kembali muncul. Aku mempercepat langkahku ke arah pintu belakang. Dan setelah sampai diambang pintu, aku malambaikan tanganku ke arah Sarah. kemudian aku menutup pintunya, lalu menguncinya.
''REEEYYY!!''
aku tersenyum penuh kemenangan.
****
Rey sialan. Aku terpaksa masuk kedalam melewati pintu depan. Kenapa sih dia selalu saja menjahiliku setiap aku datang kemari. Tingkahnya Tidak pernah berubah. Masih saja kaya anak kecil padahal umurnya kan sudah 16 tahun.
Saat aku masuk kedalam rumah, aku melihat dia sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memejamkan matanya. Karena masih kesal, aku mendatanginya diam-diam lalu menjewer telinganya.
tapi belum sempat aku menjewer telinganya, dia sudah menepis tanganku duluan.
''walaupun mataku tertutup, aku bisa membaca gerak gerikmu'' ucapnya sambil tersenyum sinis. Bagaimana dia bisa tau? Aku benar2 kesal dibuatnya. lalu akupun ikut2 merebahkan tubuhku disebelahnya. ''kau menyebalkan!''
Dia terkekeh geli. ''kau mengesankan. Mengesankan untuk dijahili..'' aku mencubit perutnya lalu beranjak pergi kedalam kamar. Meninggalkan si anak menyebalkan itu mengumpat-ngumpat kesakitan sendirian.
****
Keesokan paginya, aku terbangun karena Sarah menyiramiku dengan air. Aku kaget dan langsung marah-marah karena kesal. katanya Sarah lelah membangunkanku tapi aku tidak bangun-bangun.
''ngapain sih dibangunin?!'' tanyaku kesal
''ibu kamu suruh!''
''ibu kamu suruh''aku membeo.''selalu saja begitu! Kenapa coba mesti pake air?! Liat, kasurnya jadi ikutan basah, kan?''
''aku udah-
''ah terserah. Keluar aja deh kamu!''
Aku mengusirnya. Lalu Sarahpun keluar dari kamarku diakhir dengan bantingan pintu yg cukup keras. Aku menutup mukaku dengan bantal.
Selesai mandi, aku keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Tidak ada siapa-siapa disana. Bahkan diseluruh penjuru rumah ini pun tidak ada orang. Yang ada hanya kucing persiaanya ibu sedang tergolek malas di atas sofa ruang tengah.
Tidak tahu mau ngapain, aku pun pergi kehalaman belakang rumah. Memanjat pohon besar kesayangnku, dan duduk diatas dahannya yang kokoh.
Tapi saat hampir saja aku ingin duduk didahannya, aku terkejut melihat sarah ada disana.
''heh! Ngapain kamu disini?''. Sarah menoleh. ''eh ng... aku penasaran kenapa kamu suka duduk disini. Makanya aku coba manjat, Dan ternyata menyenangkan ya!'' ucapnya kaku.
lalu aku naik, dan duduk disebelahnya.
''maaf ya yang tadi pagi...''
Aku melihat kearahnya. Wajahnya tertunduk dalam. ''soalnya kamu gak bangun-bangun sih...'' lanjutnya sambil sesekali melirikku. Aku tidak bicara. Hanya diam memandanginya saja.
Sarah salah tingkah.
''ngomong dong Rey.. Jangan diliatin aja''ucapnya terdengar seperti bisikan diakhir kalimat. Aku terkekeh. Lucu sekali. Baiklah, kali ini aku berniat untuk menggodanya.
Aku menggeser tubuhku agar lebih dekat dengannya.
''baik..aku memaafkanmu.. Tapi sebagai gantinya, aku meminta sebuah.......ciuman''
Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Sepertinya dia kaget setengah mati. Wajanya memerah seketika. semakin dekat dekat dan semakin dekat. Sarah makin salah tingkah. Mau menghindarpun kepalanya sudah mentok di batang pohon. Sebisa mungkin aku menahan agar aku tidak tertawa. Dan akhirnya saat benar2 sudah terlalu dekat.......................................fuh! Aku meniup wajahnya. Lalu menjauhkan diriku dan tertawa terbahak bahak. Mulut Sarah menganga lebar. ''kena kau! Ha ha ha''
****
Aku malu setengah mati. Aku kira dia benar-benar akan menciumku. aku mengumpat pelan dan menutup wajahku dengan kedua tangan.
''sudah jangan malu begitu...hahaha'' Katanya masih tertawa-tawa. Aku merasakan tangannya mengacak-ngacak rambutku. Langsung saja ku menepisnya.
''kau benar2 menyebalkan!!''aku berteriak kesal lalu memuku-mukul lengannya sekuat yang aku bisa. Entah kenapa aku kesal sekali dengannya.
Aku kesal karena dia menjahiliku sampai sebegitunya. Aku sampai ingin meanangis rasanya.
''sudah!'' Rey berhasil menahan tanganku. ''Sakit tau! Mukulnya kira-kira dong''
aku memasang muka jutek. Lalu berusaha menarik tanganku yang ditahan olehnya. Tapi dia menahannya terlalu erat.
''kayanya marah banget. Minta dicium beneran nih?'' Rey tersenyum jahil, sambil menaikkan kedua alisnya. pertanyaan yang berhasil bikin jantungku serasa mau copot.
''a..a..apa?!'' ucapku terbata-bata. ''eng...engak!''
''hayoo ngaku...''. Rey terkikik geli.
''Enggak kok!''
''Bener.....'' Rey medekatkan wajahnya lagi ke arahku. Aku gelagapan. ''R...rey...''
Rey semakin mendekatkan wajahnya ke arah ku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya. Semakin dekat dan semakin dekat. Aku memejamkan mataku erat2. Kenapa aku tidak menolakanya? Aku tidak tau! Lalu.....................cup. Rey mencium...keningku?
Aku membuka mataku dan melihat Rey yang jarak wajahnya sangat dekat denganku, dia tersenyum manis sekali. ''Selesai... Jangan marah lagi yaa...'' katanya sambil melepaskan tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Lalu bergegas turun meninggalkanku sendirian disini.
****
Sejak kejadian itu, setiap saat aku jadi memikirkannya. Terkadang aku bahkan sampai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Terkadang aku juga suka mencuri-curi pandang ke arah Rey. Dan merasa sangat membosankan jika Rey sedang tidak ada di rumah.
Dan.... Sejak kejadian itu Rey berubah. Rey tidak suka menjahiliku lagi. Rey jadi sering tidak ada dirumah. Jika berpas-pasan denganku dia hanya sekedar menyapaku dengan wajah sok cerianya itu. Dia tidak mengajakku berbicara. hari berganti hari Rey tidak kunjung berubah seperti dulu. Aku mulai merindukannya. Merindukkan kejahilannya. Aku tidak tahu kenapa aku merindukannya. Kenapa aku lebih memilih dia menjahiliku dari pada tidak peduli denganku. Padahal dulu-nya aku sangat ingin dia berhenti mengangguku setiap aku pergi berlibur kemari. Besok aku akan pulang. Soalnya liburan musim panas akan berakhir. Dan kami akan kembali masuk sekolah. Untuk pertama kalinya aku merasakan musim panas kali ini terlalu singkat.
***
Aku menarik koperku berjalan keluar rumah. Berjalan mendekati ibuku, ibu Rey dan Rey yang sudah menungguku dari tadi didepan gerbang.
''baiklah... Taksi yang akan mengantarkan kita ke stasiun kereta sudah sampai... Kami pamit dulu ya'' ucap ibuku sambil berpelukan dengan ibunya Rey. Lalu ibuku memeluk Rey. Dan aku memeluk ibunya Rey. Setelah itu, ibuku berjalan masuk kedalam taksi. Dan sekarang aku sedang berhadap-hadapan dengan Rey. Rey memelukku. Aku membalasnya. Tapi terlalu singkat. Soalnya Rey langsung melepaskannya. ''sampai jumpa diliburan musim panas berikutnya'' katanya lembut. Aku tersenyum tipis. Lalu merogoh saku celanaku dan memberikannya selembar kertas yang terlipat dua. Rey menerimanya ragu-ragu dan akupun beranjak masuk kedalam taksi. Setelah taksi berjalan pergi, sampai aku didalam kereta api dan sampai aku kembali kerumahku, yang aku fikirkan nya bagaimana reaksi Rey ketika ia sudah membaca surat itu?
***
''aku pulang!!''. Aku mengusap-usap kedua telapak tanganku karena kedinginan. Musim Dingin kali ini serasa lebih dingin dari pada musim dingin sebelumnya.
aku berjalan menuju ruang tengah dan mendapati.......
''Rey???''
''hai sayang, kau sudah pulang? Lihat siapa yg datang, Rey berkunjung kerumah kita'' ucap ibu senang. ''tapi sayang ibunya tidak bisa datang''
''oh baiklah, karena kau sudah pulang, kau saja yang menemani Rey. ibu mau pergi soalnya ada arisan. Ibu pergi dulu ya..''
Lalu ibuku pergi meninggalkan aku dan Rey dalam keheningan. Lama aku hanya berdiri, akhirnya aku memutuskan untuk duduk dihadapannya. ''hai'' sapaku canggung. Dia tersenyum
''Well, aku udah baca suratnya.. Maaf, dan teruma kasih..''ucapnya. Dan aku tidak mengerti.
''oh begitu... Apa kabar?''ucapku mengalihkan pembicaraan.
''tidak terlalu baik. kamu?''
''kenapa? Aku baik''
Lama rey hanya diam. Lalu dia berkata pelan ''karena kau tidak ada dirumah..''
''apa?''
''karena kau...ng...aku merindukanmu..'' mendengar itu Aku hampir saja mati kena serangan jatung.
''kau sedang bercanda kan? aku tau itu. Itu kebiasaanmu'' kataku pura-pura tenang.
''kali ini aku serius!''
''lalu kenapa....''
''karena waktu itu aku sedang kacau. Sejak kejadian itu, Aneh rasanya jika aku dekat2 denganmu..''
''aneh?''
''ya..''
Lalu kehingan kembali menghantui kami. Lama sekali.
Tiba2 saja Rey, menggenggam tanganku. Aku menatap kearahnya kaget.
''I love you Sarah. I keep asking my self why it has to be you. it needs a long time to know that you the most beautiful thing in my life''
''maaf kalo kamarin-kemarin aku hanya diam gak ngomong apa-apa sama kamu. Itu karena aku cuman terlalu takut..''
aku merasa mataku mulai terasa panas.
''kamu gak lagi becanda kan?'' ucpku hampir manangis sangking senangnya.
Rey tertawa. Lalu menggeleng mantap. bangkit dari duduknya. Berjalan ke arahku dan memelukku erat.
''I love you too'' ucapku didalam pelukannya.
''haha aku tau.. kan kamu udah tulis di surat..''
Aku mempererat pelukanku. Menghirup aroma rey dalam-dalam. Melepas kerinduan yang Sudah terpendam lama. Kau dan aku selamanya...
''Rey! ayo turun! Disuruh sama ibumu! Soalnya udah sore!''
Aku menengok kebawah. Oh ternyata Sarah. Sepupuku yang setiap liburan musim panas, pasti akan berkunjung kemari. Dia pergi kemari bersama ibunya.
''hah??'' ucapku pura2 tak dengar. ''turuuuuunn!!'' teriaknnya terdengar kesal. Aku terkikik geli. ''aku tidak bisa mendengarmu, sarah! Suara mu kecil sekali!''
''Turunnnnnnn!! kamu tuli ya?!''
''hah? Guruuunn??''
''Rey!!!''
''hahahaha iya iya'' aku turun dari pohon sambil tertawa-tawa. Saat kakiku sudah menginjak tanah, Sarah mencubit lenganku kuat. Aku berteriak kesakitan. ''Rasain!'' ucapnya jutek.
''aku tuh capek tau manggil kamu, teriak-teriak kaya orang gila, tapi kamu malah pura2 ga dengar!''. Sarah ngerocos.
''Terussss????'' ucapku gak peduli sambil berjalan memasuki rumah. Sarah mendengus kesal lalu ia mengekorku dibelakang.
Dan tiba-tiba saja ide busukku kembali muncul. Aku mempercepat langkahku ke arah pintu belakang. Dan setelah sampai diambang pintu, aku malambaikan tanganku ke arah Sarah. kemudian aku menutup pintunya, lalu menguncinya.
''REEEYYY!!''
aku tersenyum penuh kemenangan.
****
Rey sialan. Aku terpaksa masuk kedalam melewati pintu depan. Kenapa sih dia selalu saja menjahiliku setiap aku datang kemari. Tingkahnya Tidak pernah berubah. Masih saja kaya anak kecil padahal umurnya kan sudah 16 tahun.
Saat aku masuk kedalam rumah, aku melihat dia sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memejamkan matanya. Karena masih kesal, aku mendatanginya diam-diam lalu menjewer telinganya.
tapi belum sempat aku menjewer telinganya, dia sudah menepis tanganku duluan.
''walaupun mataku tertutup, aku bisa membaca gerak gerikmu'' ucapnya sambil tersenyum sinis. Bagaimana dia bisa tau? Aku benar2 kesal dibuatnya. lalu akupun ikut2 merebahkan tubuhku disebelahnya. ''kau menyebalkan!''
Dia terkekeh geli. ''kau mengesankan. Mengesankan untuk dijahili..'' aku mencubit perutnya lalu beranjak pergi kedalam kamar. Meninggalkan si anak menyebalkan itu mengumpat-ngumpat kesakitan sendirian.
****
Keesokan paginya, aku terbangun karena Sarah menyiramiku dengan air. Aku kaget dan langsung marah-marah karena kesal. katanya Sarah lelah membangunkanku tapi aku tidak bangun-bangun.
''ngapain sih dibangunin?!'' tanyaku kesal
''ibu kamu suruh!''
''ibu kamu suruh''aku membeo.''selalu saja begitu! Kenapa coba mesti pake air?! Liat, kasurnya jadi ikutan basah, kan?''
''aku udah-
''ah terserah. Keluar aja deh kamu!''
Aku mengusirnya. Lalu Sarahpun keluar dari kamarku diakhir dengan bantingan pintu yg cukup keras. Aku menutup mukaku dengan bantal.
Selesai mandi, aku keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Tidak ada siapa-siapa disana. Bahkan diseluruh penjuru rumah ini pun tidak ada orang. Yang ada hanya kucing persiaanya ibu sedang tergolek malas di atas sofa ruang tengah.
Tidak tahu mau ngapain, aku pun pergi kehalaman belakang rumah. Memanjat pohon besar kesayangnku, dan duduk diatas dahannya yang kokoh.
Tapi saat hampir saja aku ingin duduk didahannya, aku terkejut melihat sarah ada disana.
''heh! Ngapain kamu disini?''. Sarah menoleh. ''eh ng... aku penasaran kenapa kamu suka duduk disini. Makanya aku coba manjat, Dan ternyata menyenangkan ya!'' ucapnya kaku.
lalu aku naik, dan duduk disebelahnya.
''maaf ya yang tadi pagi...''
Aku melihat kearahnya. Wajahnya tertunduk dalam. ''soalnya kamu gak bangun-bangun sih...'' lanjutnya sambil sesekali melirikku. Aku tidak bicara. Hanya diam memandanginya saja.
Sarah salah tingkah.
''ngomong dong Rey.. Jangan diliatin aja''ucapnya terdengar seperti bisikan diakhir kalimat. Aku terkekeh. Lucu sekali. Baiklah, kali ini aku berniat untuk menggodanya.
Aku menggeser tubuhku agar lebih dekat dengannya.
''baik..aku memaafkanmu.. Tapi sebagai gantinya, aku meminta sebuah.......ciuman''
Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Sepertinya dia kaget setengah mati. Wajanya memerah seketika. semakin dekat dekat dan semakin dekat. Sarah makin salah tingkah. Mau menghindarpun kepalanya sudah mentok di batang pohon. Sebisa mungkin aku menahan agar aku tidak tertawa. Dan akhirnya saat benar2 sudah terlalu dekat.......................................fuh! Aku meniup wajahnya. Lalu menjauhkan diriku dan tertawa terbahak bahak. Mulut Sarah menganga lebar. ''kena kau! Ha ha ha''
****
Aku malu setengah mati. Aku kira dia benar-benar akan menciumku. aku mengumpat pelan dan menutup wajahku dengan kedua tangan.
''sudah jangan malu begitu...hahaha'' Katanya masih tertawa-tawa. Aku merasakan tangannya mengacak-ngacak rambutku. Langsung saja ku menepisnya.
''kau benar2 menyebalkan!!''aku berteriak kesal lalu memuku-mukul lengannya sekuat yang aku bisa. Entah kenapa aku kesal sekali dengannya.
Aku kesal karena dia menjahiliku sampai sebegitunya. Aku sampai ingin meanangis rasanya.
''sudah!'' Rey berhasil menahan tanganku. ''Sakit tau! Mukulnya kira-kira dong''
aku memasang muka jutek. Lalu berusaha menarik tanganku yang ditahan olehnya. Tapi dia menahannya terlalu erat.
''kayanya marah banget. Minta dicium beneran nih?'' Rey tersenyum jahil, sambil menaikkan kedua alisnya. pertanyaan yang berhasil bikin jantungku serasa mau copot.
''a..a..apa?!'' ucapku terbata-bata. ''eng...engak!''
''hayoo ngaku...''. Rey terkikik geli.
''Enggak kok!''
''Bener.....'' Rey medekatkan wajahnya lagi ke arahku. Aku gelagapan. ''R...rey...''
Rey semakin mendekatkan wajahnya ke arah ku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya. Semakin dekat dan semakin dekat. Aku memejamkan mataku erat2. Kenapa aku tidak menolakanya? Aku tidak tau! Lalu.....................cup. Rey mencium...keningku?
Aku membuka mataku dan melihat Rey yang jarak wajahnya sangat dekat denganku, dia tersenyum manis sekali. ''Selesai... Jangan marah lagi yaa...'' katanya sambil melepaskan tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Lalu bergegas turun meninggalkanku sendirian disini.
****
Sejak kejadian itu, setiap saat aku jadi memikirkannya. Terkadang aku bahkan sampai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Terkadang aku juga suka mencuri-curi pandang ke arah Rey. Dan merasa sangat membosankan jika Rey sedang tidak ada di rumah.
Dan.... Sejak kejadian itu Rey berubah. Rey tidak suka menjahiliku lagi. Rey jadi sering tidak ada dirumah. Jika berpas-pasan denganku dia hanya sekedar menyapaku dengan wajah sok cerianya itu. Dia tidak mengajakku berbicara. hari berganti hari Rey tidak kunjung berubah seperti dulu. Aku mulai merindukannya. Merindukkan kejahilannya. Aku tidak tahu kenapa aku merindukannya. Kenapa aku lebih memilih dia menjahiliku dari pada tidak peduli denganku. Padahal dulu-nya aku sangat ingin dia berhenti mengangguku setiap aku pergi berlibur kemari. Besok aku akan pulang. Soalnya liburan musim panas akan berakhir. Dan kami akan kembali masuk sekolah. Untuk pertama kalinya aku merasakan musim panas kali ini terlalu singkat.
***
Aku menarik koperku berjalan keluar rumah. Berjalan mendekati ibuku, ibu Rey dan Rey yang sudah menungguku dari tadi didepan gerbang.
''baiklah... Taksi yang akan mengantarkan kita ke stasiun kereta sudah sampai... Kami pamit dulu ya'' ucap ibuku sambil berpelukan dengan ibunya Rey. Lalu ibuku memeluk Rey. Dan aku memeluk ibunya Rey. Setelah itu, ibuku berjalan masuk kedalam taksi. Dan sekarang aku sedang berhadap-hadapan dengan Rey. Rey memelukku. Aku membalasnya. Tapi terlalu singkat. Soalnya Rey langsung melepaskannya. ''sampai jumpa diliburan musim panas berikutnya'' katanya lembut. Aku tersenyum tipis. Lalu merogoh saku celanaku dan memberikannya selembar kertas yang terlipat dua. Rey menerimanya ragu-ragu dan akupun beranjak masuk kedalam taksi. Setelah taksi berjalan pergi, sampai aku didalam kereta api dan sampai aku kembali kerumahku, yang aku fikirkan nya bagaimana reaksi Rey ketika ia sudah membaca surat itu?
***
''aku pulang!!''. Aku mengusap-usap kedua telapak tanganku karena kedinginan. Musim Dingin kali ini serasa lebih dingin dari pada musim dingin sebelumnya.
aku berjalan menuju ruang tengah dan mendapati.......
''Rey???''
''hai sayang, kau sudah pulang? Lihat siapa yg datang, Rey berkunjung kerumah kita'' ucap ibu senang. ''tapi sayang ibunya tidak bisa datang''
''oh baiklah, karena kau sudah pulang, kau saja yang menemani Rey. ibu mau pergi soalnya ada arisan. Ibu pergi dulu ya..''
Lalu ibuku pergi meninggalkan aku dan Rey dalam keheningan. Lama aku hanya berdiri, akhirnya aku memutuskan untuk duduk dihadapannya. ''hai'' sapaku canggung. Dia tersenyum
''Well, aku udah baca suratnya.. Maaf, dan teruma kasih..''ucapnya. Dan aku tidak mengerti.
''oh begitu... Apa kabar?''ucapku mengalihkan pembicaraan.
''tidak terlalu baik. kamu?''
''kenapa? Aku baik''
Lama rey hanya diam. Lalu dia berkata pelan ''karena kau tidak ada dirumah..''
''apa?''
''karena kau...ng...aku merindukanmu..'' mendengar itu Aku hampir saja mati kena serangan jatung.
''kau sedang bercanda kan? aku tau itu. Itu kebiasaanmu'' kataku pura-pura tenang.
''kali ini aku serius!''
''lalu kenapa....''
''karena waktu itu aku sedang kacau. Sejak kejadian itu, Aneh rasanya jika aku dekat2 denganmu..''
''aneh?''
''ya..''
Lalu kehingan kembali menghantui kami. Lama sekali.
Tiba2 saja Rey, menggenggam tanganku. Aku menatap kearahnya kaget.
''I love you Sarah. I keep asking my self why it has to be you. it needs a long time to know that you the most beautiful thing in my life''
''maaf kalo kamarin-kemarin aku hanya diam gak ngomong apa-apa sama kamu. Itu karena aku cuman terlalu takut..''
aku merasa mataku mulai terasa panas.
''kamu gak lagi becanda kan?'' ucpku hampir manangis sangking senangnya.
Rey tertawa. Lalu menggeleng mantap. bangkit dari duduknya. Berjalan ke arahku dan memelukku erat.
''I love you too'' ucapku didalam pelukannya.
''haha aku tau.. kan kamu udah tulis di surat..''
Aku mempererat pelukanku. Menghirup aroma rey dalam-dalam. Melepas kerinduan yang Sudah terpendam lama. Kau dan aku selamanya...
Komentar
Posting Komentar
silahkan komentar yah ;)