Ohh My Best Friend
Hari ini adalah hari pertamaku di SMP (Sekolah Menengah Pertama) di
sana aku sangat merasa tak percaya diri dan takut. Sampai-sampai di
bangku milikku aku hanya sendiri, banyak teman yang selalu menyapaku
tapi aku selalu menyikapinya dengan malu-malu. Setelah dua minggu di
sana ada murid baru yang datang di kelas ku dan ia terpilih untuk duduk
di sebelahku. mula-mula aku hanya berdiam diri dan mengira kalau teman
ini orangnya pemarah seperti raut wajahnya pada saat memperkenalkan diri
di kelas, tapi ternyata dia adalah orang yang baik cuman dia terlalu
tertutup.
Aku adalah orang yamg ia kenal, Upsss!, aku lupa memperkenalkan diri namaku Maharani Fauzia Annur biasa di panggil Rani. Nama yang pertama kali dia sebut adalah “Rani” nama itu terdengar sangat lembut di bibirnya
“nama kamu Rani kan?” tanyanya.
“Ya tuhan kenapa ia bisa tau namaku?” ucapku dalam hati.
“iya, kamu tau dari mana?” tanyaku.
Sambil tertawa ia mengatakan kepadaku “itu!” sembari memunjuk papan namaku.
“oh my good sangat memalukan kenapa aku tidak terpikitkan yah?” kataku. Lalu aku bertanyaka kepadanya “oh iya, nama kamu siapa?”
“Regina dwiyanti maharani” katanya singkat
Lalu aku bertanya lagi “di panggil?”.
“karan nama kita hampir sama jadi kamu panggil aku Regina” ucapnya lembut.
Setelah kami memperkenalakan diri kami pun mengikuti pelajaran dari ibu guru, ia tampak rileks mengikuti pelajaran sedangkan aku mengikuti pelajaran dan terus menggaruk–menggaruk kepala karena tidak paham dan tidak mengerti. Memang ia adalah anak yang tergolong sangat pandai bisa di bilang ia itu jenius sampai aku geleng-geleng kepala lihat dia dan sepetinya dia itu anak yang rajin.
Sekarang adalah jam istirahat dan ia mengajakku ke kantin untung di kantin sepi jadi kami bisa berbincang-bincang aku pun mulai dulu dan mengatakan “kamu tidak suka yah dengan sekolah ini?”
Dengan raut wajah yang tampak bingung ia mengatakan “haahh!, maksud kamu?”.
“maksud aku kamu tidak suka sekolah di sini karena tadi aku liat raut wajah kamu seperti tidak senang”.
“oh… itu aku kira apa, tidak kok aku suka sekoloah ini tadi itu aku marah ama ibuku karena ia bercerai dengan papa lalu memaksaku untuk tinggal di sini”. Tegasnya
“tapi pasti kamu suka tinggal di sini!”. kataku.
“sok tau kamu, kita liat aja nanti aku butuh satu semester untuk menjalaninya!” jawabnya.
“oke tidak masalah!”
Setelah selesai di kantin kami pun kembali mengikuti pelajaran di kelas, setelah 40 menit di kelas bel pulang pun berbunyi “anak anak jangan lupa kerjakan tugas rumah kalian yah!” kata terurai setiap hari di telingaku bagaikan angin yang berhembus kencang membuatku keringat dingin.
“hei kamu kenapa?” tanya regina.
“tidak.. tidak ada apa-apa kok!” jawabku dengan terbata bata.
“Tapi badan kamu panas banget, ada apa sih siapa tau aku bisa bantu!” ucapnya.
Mendengar kalimat itu aku pun langsung bersemangat dan mengatakan “begini!, aku itu tidak terlalu paham PR yang di berikan oleh ibu guru!”
“Jadi?”. tanyanya.
“kamu bisa bantu aku ngerjain pr tadi nggak?”. jawabku.
“ohhh… itu sih kecil, bagaimana kalau kamu ke rumahku saja?” sarannya.
“Oke!”
Mulai hari itu setiap hari ada pekerjan rumah aku dan regina selalu mengerjakan PR bersama. Hingga suatu hari regina tidak masuk sekolah selama 3 hari dan nomor handphonenya tidak aktif.
“oh tuhan ada apa ini, kenapa persaanku tidak enak di tambah lagi sudah 3 hari regina tidak masuk sekolah?” kataku dalam hati.
Esoknya orang tua regina datang ke sekolah dan membawa sebuah amplop putih dan entah apa itu isinya, dan tiba tiba “rani…!” kata ibu regina. dengan merasa terkejut aku pun dengan sigap mengatakan “iya, tante ada apa yah ?”
“ini ada surat untuk kamu dari regina!”. ucapnya.
Ternyata itu surat dari regina untukku mudah mudahan isinya kabar baik, tapi ternyata isinya
“hai rani! maaf kalau aku tak pernah membalas smsmu karana aku tidak bisa bertemu kembali denganmu, ini adalah surat terakhir dariku dan ku mohon kamu bisa melupakanku untuk selamanya, oh iya, sudah satu semester kamu benar aku sangat suka tinggal di sini pemandangannya begitu asri dan sejuk. Di tambah lagi dengan kamu datang di kehidupanku membuat semunya begitu bermakana aku akan pergi dan kamu tidak perlu tau aku ke mana yang penting sangat jauh… jauh banget ku harap kamu bisa mengerti!
salam manis untukmu sahabatku!
Regina dwiyanti maharani”
Setelah membaca surat itu aku langsung meneteskan air mata yang tidak berhenti mengalir dan membasahi pipiku aku benar benar terpukul mendengar semua ucapan itu. Hari-hari ku jalani tanpa adanya senyum, canda, gurau dll. Aku benar benar tidak percaya semua ini hingga akhirnya penentuan naik kelas aku benar-benar terkejut melihat nilai-nilaiku begitu ambruk, akan kah ini karena aku tidak bisa melupakan sahabatku ini, dulu nilaiku begitu bagus karena aku selalu tersenyum melewati hari hariku. Tapi sekarang telah berubah semenjak regina pergi.
Sore harinya aku mencoba mengunjungi rumah regina yang tampak kosong tapi tiba-tiba aku melihat banyangan seorang anak, aku ingin masuk dan mengejarnya tapi “dekk.. mau ngapain di larang masuk di kawasan ini bagi yang tidak berkepentingan!” kata seorang satpam padaku. Sebaiknya aku mengikuti kata satpam itu lagi pula hari sudah mau beranjak malam, tapi aku tak berhenti memikirkan bayangan itu, sebaiknya aku ke sana besok untuk memastikan.
Esoknya aku ke rumah regina lagi dan sepertinya satpam itu tidak ada, aku pun mencoba menerobos pagar dan untung pintu rumah itu tidak terkunci jadi aku bisa masuk. Di dalam tidak berdebu padahal sudah lama regina pergi, barang barangnya pun masih ada aku coba masuk ke dapur dan melihat pembantu regina sedang menyiapkan makan dengan heran aku pun bertanya “bibi kenapa ada di sini bukannya keluarga regina sudah pergi?”. dengan kaget ia pun menjawab pertanyaanku dengan terbata bata “a… nu…. a.. nu ehhh anu non..!”. lalu aku mendengar teriakan seorang perempuan yang sepertinya akan menghampiri kami dan mengatakan “ada apa bi?”, lalu aku pun terkejut, sahabatku yang aku anggap sudah pergi ternyata masih ada.
Cuman ia kali ini tidak mempunyai rambut sedikit pun, setelah melihatku regina pun lari dan bersembunyi lalu aku pun mengejarnya dan terus meneriaki namanya “regina… regiiii…!” kataku sambi berlari mengikutinya.
Tiba tiba “aduhh…!” katanya. Yang jatuh tersungkur karena tersandung batu
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini aku pun langsung menghampirinya dan menghujaninya beberapaa pertanyaan. “aku kira kamu pergi ternyata kamu masih ada, kenapa selama ini kamu menghindar dariku?, kenapa re… kenapa?” kataku sambil menangis karana tidak percaya akan hal ini, aku merasa sedang bermimpi.
“Maafkan aku ran, aku tidak bermaksud untuk menjauhimu aku hanya tidak mau kamu tau keadaanku yang sebenarnya, kalau aku tidak pergi tapi aku sekarang mengidap penyakit kanker dan itu membuatku berpikir kalau kamu tidak akan sudih berteman denganku lagi!” katanya.
“tapi kapan aku bilang kalau aku tidak mau lagi berteman dengan kamu? Justru pada saat kondisi seperti ini kamu pasti butuh aku untuk nyemangatin kamu kan? lagi pula kitakan udah buat perjanjian kalau kita tidak akan pernah berpisah!”. Jawabku.
“Iya, tapi…!” lalu aku memotong pembicaraannya dan menyatakan “sudahlah kamu tidak usah sedih, bukannya kita pernah berjanji untuk saling membela satu sama lain?, jadi aku akan bantu kamu untuk bisa sembuh dari penyakit kamu ini”
“Terima kasih ran, kamu sahabat terbaikku”. Jawabnya.
Mulai hari itu kami pun kembali akrab seperti dahulu, setiap harinya ku jalani hari hariku dengan regina meski ia telah di sembuh dari penyakit kanker yang di deritanya tapi rambutnya tidak tumbuh-tumbuh, kata dokter yang memeriksanya ia memang telah sembuh tapi sampai kapan pun rambutnya tidak akan tumbuh. Mendengar hal itu regina menjadi tidak ppercaya diri lagi, tapi aku selalu menyemangatinya dan mulai saat itu aku dan ia selalu bersama.
Cerpen Karangan: Maharani Fauzia Annur
Facebook: Maharany Rhany
Aku adalah orang yamg ia kenal, Upsss!, aku lupa memperkenalkan diri namaku Maharani Fauzia Annur biasa di panggil Rani. Nama yang pertama kali dia sebut adalah “Rani” nama itu terdengar sangat lembut di bibirnya
“nama kamu Rani kan?” tanyanya.
“Ya tuhan kenapa ia bisa tau namaku?” ucapku dalam hati.
“iya, kamu tau dari mana?” tanyaku.
Sambil tertawa ia mengatakan kepadaku “itu!” sembari memunjuk papan namaku.
“oh my good sangat memalukan kenapa aku tidak terpikitkan yah?” kataku. Lalu aku bertanyaka kepadanya “oh iya, nama kamu siapa?”
“Regina dwiyanti maharani” katanya singkat
Lalu aku bertanya lagi “di panggil?”.
“karan nama kita hampir sama jadi kamu panggil aku Regina” ucapnya lembut.
Setelah kami memperkenalakan diri kami pun mengikuti pelajaran dari ibu guru, ia tampak rileks mengikuti pelajaran sedangkan aku mengikuti pelajaran dan terus menggaruk–menggaruk kepala karena tidak paham dan tidak mengerti. Memang ia adalah anak yang tergolong sangat pandai bisa di bilang ia itu jenius sampai aku geleng-geleng kepala lihat dia dan sepetinya dia itu anak yang rajin.
Sekarang adalah jam istirahat dan ia mengajakku ke kantin untung di kantin sepi jadi kami bisa berbincang-bincang aku pun mulai dulu dan mengatakan “kamu tidak suka yah dengan sekolah ini?”
Dengan raut wajah yang tampak bingung ia mengatakan “haahh!, maksud kamu?”.
“maksud aku kamu tidak suka sekolah di sini karena tadi aku liat raut wajah kamu seperti tidak senang”.
“oh… itu aku kira apa, tidak kok aku suka sekoloah ini tadi itu aku marah ama ibuku karena ia bercerai dengan papa lalu memaksaku untuk tinggal di sini”. Tegasnya
“tapi pasti kamu suka tinggal di sini!”. kataku.
“sok tau kamu, kita liat aja nanti aku butuh satu semester untuk menjalaninya!” jawabnya.
“oke tidak masalah!”
Setelah selesai di kantin kami pun kembali mengikuti pelajaran di kelas, setelah 40 menit di kelas bel pulang pun berbunyi “anak anak jangan lupa kerjakan tugas rumah kalian yah!” kata terurai setiap hari di telingaku bagaikan angin yang berhembus kencang membuatku keringat dingin.
“hei kamu kenapa?” tanya regina.
“tidak.. tidak ada apa-apa kok!” jawabku dengan terbata bata.
“Tapi badan kamu panas banget, ada apa sih siapa tau aku bisa bantu!” ucapnya.
Mendengar kalimat itu aku pun langsung bersemangat dan mengatakan “begini!, aku itu tidak terlalu paham PR yang di berikan oleh ibu guru!”
“Jadi?”. tanyanya.
“kamu bisa bantu aku ngerjain pr tadi nggak?”. jawabku.
“ohhh… itu sih kecil, bagaimana kalau kamu ke rumahku saja?” sarannya.
“Oke!”
Mulai hari itu setiap hari ada pekerjan rumah aku dan regina selalu mengerjakan PR bersama. Hingga suatu hari regina tidak masuk sekolah selama 3 hari dan nomor handphonenya tidak aktif.
“oh tuhan ada apa ini, kenapa persaanku tidak enak di tambah lagi sudah 3 hari regina tidak masuk sekolah?” kataku dalam hati.
Esoknya orang tua regina datang ke sekolah dan membawa sebuah amplop putih dan entah apa itu isinya, dan tiba tiba “rani…!” kata ibu regina. dengan merasa terkejut aku pun dengan sigap mengatakan “iya, tante ada apa yah ?”
“ini ada surat untuk kamu dari regina!”. ucapnya.
Ternyata itu surat dari regina untukku mudah mudahan isinya kabar baik, tapi ternyata isinya
“hai rani! maaf kalau aku tak pernah membalas smsmu karana aku tidak bisa bertemu kembali denganmu, ini adalah surat terakhir dariku dan ku mohon kamu bisa melupakanku untuk selamanya, oh iya, sudah satu semester kamu benar aku sangat suka tinggal di sini pemandangannya begitu asri dan sejuk. Di tambah lagi dengan kamu datang di kehidupanku membuat semunya begitu bermakana aku akan pergi dan kamu tidak perlu tau aku ke mana yang penting sangat jauh… jauh banget ku harap kamu bisa mengerti!
salam manis untukmu sahabatku!
Regina dwiyanti maharani”
Setelah membaca surat itu aku langsung meneteskan air mata yang tidak berhenti mengalir dan membasahi pipiku aku benar benar terpukul mendengar semua ucapan itu. Hari-hari ku jalani tanpa adanya senyum, canda, gurau dll. Aku benar benar tidak percaya semua ini hingga akhirnya penentuan naik kelas aku benar-benar terkejut melihat nilai-nilaiku begitu ambruk, akan kah ini karena aku tidak bisa melupakan sahabatku ini, dulu nilaiku begitu bagus karena aku selalu tersenyum melewati hari hariku. Tapi sekarang telah berubah semenjak regina pergi.
Sore harinya aku mencoba mengunjungi rumah regina yang tampak kosong tapi tiba-tiba aku melihat banyangan seorang anak, aku ingin masuk dan mengejarnya tapi “dekk.. mau ngapain di larang masuk di kawasan ini bagi yang tidak berkepentingan!” kata seorang satpam padaku. Sebaiknya aku mengikuti kata satpam itu lagi pula hari sudah mau beranjak malam, tapi aku tak berhenti memikirkan bayangan itu, sebaiknya aku ke sana besok untuk memastikan.
Esoknya aku ke rumah regina lagi dan sepertinya satpam itu tidak ada, aku pun mencoba menerobos pagar dan untung pintu rumah itu tidak terkunci jadi aku bisa masuk. Di dalam tidak berdebu padahal sudah lama regina pergi, barang barangnya pun masih ada aku coba masuk ke dapur dan melihat pembantu regina sedang menyiapkan makan dengan heran aku pun bertanya “bibi kenapa ada di sini bukannya keluarga regina sudah pergi?”. dengan kaget ia pun menjawab pertanyaanku dengan terbata bata “a… nu…. a.. nu ehhh anu non..!”. lalu aku mendengar teriakan seorang perempuan yang sepertinya akan menghampiri kami dan mengatakan “ada apa bi?”, lalu aku pun terkejut, sahabatku yang aku anggap sudah pergi ternyata masih ada.
Cuman ia kali ini tidak mempunyai rambut sedikit pun, setelah melihatku regina pun lari dan bersembunyi lalu aku pun mengejarnya dan terus meneriaki namanya “regina… regiiii…!” kataku sambi berlari mengikutinya.
Tiba tiba “aduhh…!” katanya. Yang jatuh tersungkur karena tersandung batu
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini aku pun langsung menghampirinya dan menghujaninya beberapaa pertanyaan. “aku kira kamu pergi ternyata kamu masih ada, kenapa selama ini kamu menghindar dariku?, kenapa re… kenapa?” kataku sambil menangis karana tidak percaya akan hal ini, aku merasa sedang bermimpi.
“Maafkan aku ran, aku tidak bermaksud untuk menjauhimu aku hanya tidak mau kamu tau keadaanku yang sebenarnya, kalau aku tidak pergi tapi aku sekarang mengidap penyakit kanker dan itu membuatku berpikir kalau kamu tidak akan sudih berteman denganku lagi!” katanya.
“tapi kapan aku bilang kalau aku tidak mau lagi berteman dengan kamu? Justru pada saat kondisi seperti ini kamu pasti butuh aku untuk nyemangatin kamu kan? lagi pula kitakan udah buat perjanjian kalau kita tidak akan pernah berpisah!”. Jawabku.
“Iya, tapi…!” lalu aku memotong pembicaraannya dan menyatakan “sudahlah kamu tidak usah sedih, bukannya kita pernah berjanji untuk saling membela satu sama lain?, jadi aku akan bantu kamu untuk bisa sembuh dari penyakit kamu ini”
“Terima kasih ran, kamu sahabat terbaikku”. Jawabnya.
Mulai hari itu kami pun kembali akrab seperti dahulu, setiap harinya ku jalani hari hariku dengan regina meski ia telah di sembuh dari penyakit kanker yang di deritanya tapi rambutnya tidak tumbuh-tumbuh, kata dokter yang memeriksanya ia memang telah sembuh tapi sampai kapan pun rambutnya tidak akan tumbuh. Mendengar hal itu regina menjadi tidak ppercaya diri lagi, tapi aku selalu menyemangatinya dan mulai saat itu aku dan ia selalu bersama.
Cerpen Karangan: Maharani Fauzia Annur
Facebook: Maharany Rhany
Komentar
Posting Komentar
silahkan komentar yah ;)