Salut Pizza Tetangga
Begitu melihat iklan pizza di tv tetangganya, Ponirah, gadis berumur sebelas tahun itu tergiur dan langsung menempatkan "makan pizza" ke dalam daftar mimpi di buku hariannya. Tak ayal setiap hari ia mengumpulkan uang dari hasil mengupas bawang—kerja sambilan yang selalu ia lakukan usai pulang sekolah demi mewujudkan mimpinya itu. Maklum, bapaknya sudah tak ada dan ia hanya tinggal bersama ibu yang bekerja di sebuah perkebunan apel dengan gaji tak seberapa beserta tujuh orang adiknya yang masih kecil-kecil. Oleh sebab itu, untuk uang saku, Ponirah sering mencarinya sendiri dari kerja sambilannya mengupas bawang atau mencuci baju di tetangganya. Ia begitu sabar mengumpulkan uang lembar demi lembar di celengannya tiap hari dan tak pernah alpa menghitung-hitung harga Pizza dengan biaya transportasinya sekalian, karena Pizza hanya bisa dibeli di kota. Di ketika ia merasa bahwa uang yang ada di celengannya sudah cukup untuk membeli mi